Oleh: Ustadz Abdul Qodir Abu Fa’izah, Lc. –hafizhahullah–
Disana tersebar sebuah kisah yang masyhur tentang seorang sahabat yang dijamin masuk surga, karena ia tidak menyimpan dendam dan hasad kepada kaum muslimin di dalam hatinya.
Namun apakah hadits ini shohih ataukah justru lemah?
Berikut lafazh-nya dan penelitian derajatnya,
عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوسٌ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ إِذْ قَالَ: «يَطْلُعُ عَلَيْكُمُ الْآنَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ» ،
قَالَ : فَاطَّلَعَ رَجُلٌ مِنَ الْأَنْصَارِ، تَنْطِفُ لِحْيَتُهُ مِنْ مَاءِ وُضُوئِهِ، مُعَلِّقٌ نَعْلَيْهِ بِيَدِهِ الشِّمَالِ،
فَلَمَّا كَانَ مِنَ الْغَدِ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «يَطْلُعُ عَلَيْكُمُ الْآنَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ» [ص:242]،
فَاطَّلَعَ ذَلِكَ الرَّجُلُ عَلَى مِثْلِ مَرْتَبَتِهِ الْأُولَى،
فَلَمَّا كَانَ مِنَ الْغَدِ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «يَطْلُعُ عَلَيْكُمُ الْآنَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ» ، فَاطَّلَعَ ذَلِكَ الرَّجُلُ عَلَى مِثْلِ مَرْتَبَتِهِ الْأُولَى،
فَلَمَّا قَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اتَّبَعَهُ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ، فَقَالَ لَهُ : إِنِّي لَاحَيْتُ أَبِي، فَأَقْسَمْتُ إِنِّي لَا أَدْخُلُ عَلَيْهِ ثَلَاثَ لَيَالٍ، فَإِنْ رَأَيْتَ أَنْ تُؤْوِيَنِي إِلَيْكَ حَتَّى تَحِلَّ يَمِينِي فَعَلْتَ، قَالَ: نَعَمْ،
قَالَ أَنَسٌ : فَكَانَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ يُحَدِّثُ أَنَّهُ بَاتَ مَعَهُ ثَلَاثَ لَيَالٍ، فَلَمْ يَرَهُ يَقُومُ مِنَ اللَّيْلِ بِشَيْءٍ، غَيْرَ أَنَّهُ إِذَا تَقَلَّبَ عَلَى فِرَاشِهِ ذَكَرَ اللَّهَ، وَكَبَّرَهُ حَتَّى يَقُومَ لِصَلَاةِ الْفَجْرِ، فَيُسْبِغَ الْوُضُوءَ، قَالَ عَبْدُ اللَّهِ: غَيْرَ أَنَّى لَا أَسْمَعُهُ يَقُولُ إِلَّا خَيْرًا،
فَلَمَّا مَضَتِ الثَّلَاثُ اللَّيَالِي، وَكِدْتُ أَنْ أَحْتَقِرَ عَمَلَهُ، قُلْتُ: يَا عَبْدَ اللَّهِ، إِنَّهُ لَمْ يَكُنْ بَيْنِي وَبَيْنَ وَالِدِي غَضَبٌ، وَلَا هَجْرٌ، وَلَكِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَكَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ فِي ثَلَاثَةِ مَجَالِسَ: «يَطْلُعُ عَلَيْكُمُ الْآنَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ» ، فَاطَّلَعْتَ أَنْتَ فِي تِلْكَ الثَّلَاثِ مَرَّاتٍ،
فَأَرَدْتُ أَنْ آوِيَ إِلَيْكَ؛ فَأَنْظُرَ مَا عَمَلُكَ؟ فَأَقْتَدِيَ بِكَ، فَلَمْ أَرَكَ تَعْمَلُ كَبِيرَ عَمَلٍ، فَمَا الَّذِي بَلَغَ بِكَ مَا قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟ قَالَ: مَا هُوَ إِلَّا مَا رَأَيْتَ، فَانْصَرَفْتُ عَنْهُ، فَلَمَّا وَلَّيْتُ، دَعَانِي، وَقَالَ: مَا هُوَ إِلَّا مَا رَأَيْتَ، غَيْرَ أَنِّي لَا أَجِدُ فِي نَفْسِي غِلًّا لِأَحَدٍ مِنَ الْمُسْلِمِينَ، وَلَا أَحْسِدُهُ عَلَى خَيْرٍ أَعْطَاهُ اللَّهُ إِيَّاهُ،
فَقَالَ لَهُ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَمْرٍو : هَذِهِ الَّتِي بَلَغَتْ بِكَ، وَهِيَ الَّتِي لَا نُطِيقُ
أخرجه ابن المبارك في الزهد والرقائق (ص/ 241_242)، وغيره
Diriwayatkan dari Az-Zuhriy dari Anas bin Malik, dia berkata, “Ketika kami duduk-duduk bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tiba-tiba beliau bersabda, ‘Sebentar lagi akan datang seorang laki-laki penghuni Surga.’ [1]
Kemudian seorang laki-laki lewat di hadapan mereka sementara bekas air wudhu masih membasahi jenggotnya, sedangkan tangan kirinya menenteng sandal.
Esok harinya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda lagi,‘Akan lewat di hadapan kalian seorang laki-laki penghuni Surga.’
Kemudian muncul lelaki kemarin dengan kondisi persis seperti hari sebelumnya.
Besok harinya lagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Akan lewat di hadapan kalian seorang lelaki penghuni Surga!!’
Tidak berapa lama kemudian orang itu masuk sebagaimana kondisi sebelumnya; bekas air wudhu masih memenuhi jenggotnya, sedangkan tangan kirinya menenteng sandal .
Setelah itu, Rasulullah bangkit dari tempat duduknya. Sementara Abdullah bin Amr bin Ash radhiyallahu ‘anhumamengikuti lelaki tersebut, lalu ia berkata kepada lelaki tersebut, ‘Aku habis bertengkar dengan orang tuaku. Aku berjanji tidak akan pulang ke rumah selama tiga hari. Jika engkau mengijinkan, maka aku akan menginap di rumahmu untuk memenuhi sumpahku itu.’
Dia menjawab, ‘Silahkan!’
Anas berkata bahwa Ibnu Amr bin Ash setelah menginap tiga hari, tiga malam, di rumah lelaki tersebut tidak pernah mendapatinya sedang qiyamullail (sholat malam).
Hanya saja, tiap kali terjaga dari tidurnya, ia membaca dzikir dan takbir hingga menjelang subuh.
Kemudian mengambil air wudhu.
Abdullah juga mengatakan, ‘Saya tidak mendengar ia berbicara kecuali yang baik.’
Setelah menginap tiga malam, saat hampir saja Abdullah menganggap remeh amalnya, ia berkata, ‘Wahai hamba Allah, sesungguhnya tidak ada kemarahan dan boikot antara aku dengan orang tuaku, hanya saja aku mendengar Rasulullah selama tiga hari berturut-turut di dalam satu majelis beliau bersabda, ‘Akan lewat di hadapan kalian seorang lelaki penghuni Surga.’
Selesai beliau bersabda, ternyata yang muncul tiga kali berturut-turut adalah engkau.
Terang saja saya ingin menginap di rumahmu ini, untuk mengetahui amalan apa yang engkau lakukan, sehingga aku dapat mengikuti amalanmu.
Sejujurnya aku tidak melihatmu mengerjakan amalan yang berpahala besar.
Sebenarnya amalan apakah yang engkau kerjakan sehingga Rasulullah berkata demikian?’
Kemudian lelaki itu menjawab, ‘Sebagaimana yang kamu lihat, aku tidak mengerjakan amalan apa-apa, hanya saja aku tidak pernah mempunyai dendam kepada seorang diantara kaum muslimin atau hasad terhadap kenikmatan yang diberikan Allah kepadanya.’
Abdullah bin Amr berkata, ‘Rupanya itulah yang menyebabkan kamu mencapai derajat itu, sebuah amalan yang kami tidak mampu melakukannya’.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Imam Ibnul Mubarak –rahimahullah– dalam Az-Zuhd wa Ar-Roqo’iq (hal. 241_242), cet. Darul Kutub Al-Ilmiyyah, Ahmad dalam Al-Musnad (3/166), Abdur Rozzaq Ash-Shon’aniy dalam Al-Mushonnaf (20599), An-Nasa’iy dalam As-Sunan Al-Kubro(10633), Ibnus Sunni dalam Amal Al-Yaum wa Al-Lail (no. 756), Al-Ashbahaniy dalam At-Targhib wa At-Targhib(2274), Al-Baihaqiy dalam Syu’abul Iman (6181 & 6182) dan yang lainnya dengan sanadnya sampai kepada Az-Zuhriy dari Anas bin Anas.
Al-Imam Al-Hafizh Nuruddin Al-Haitsamiy –rahimahullah- berkata tentang sanad hadits ini,
“وَرِجَالُ أَحْمَدَ رِجَالُ الصَّحِيحِ، وَكَذَلِكَ أَحَدُ إِسْنَادَيِ الْبَزَّارِ.” اهـ من مجمع الزوائد ومنبع الفوائد (8/ 79)
“Rijal-nya (rawi-rawinya) Ahmad adalah rawi-rawi Kitab Shohih. Demikian pula salah satu dari dua sanad Al-Bazzar.”
Pernyataan Al-Hafizh Al-Haitsamiy –rahimahullah– memang benar, bila hadits ini ditinjau dari sisi sanadnya.
Hanya saja hadits ini memiliki illah (penyakit yang samar dan tersembunyi). Penyakit hadits ini setelah diteliti oleh parahuffazh, ternyata di dalam sanadnya terdapat inqitho’(keterputusan) antara Az-Zuhriy dengan sahabat Anas bin Malik –radhiyallahu anhu-.
Al-Baihaqiy –rahimahullah– berkata seusai membawakan hadits itu dengan sanadnya melalui jalur Abdur Rozzaq,
” هَكَذَا قَالَ عَبْدُ الرَّزَّاقِ، عَنْ مَعْمَرٍ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، قَالَ: أَخْبَرَنِي أَنَسٌ،
وَرَوَاهُ ابْنُ الْمُبَارَكِ، عَنْ مَعْمَرٍ، فَقَالَ: عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ أَنَسٍ،
وَرَوَاهُ شُعَيْبُ بْنُ أَبِي حَمْزَةَ، عَنِ الزُّهْرِيِّ.” اهـ من شعب الإيمان (9/ 8)
“Demikianlah Abdur Rozzaq berkata dari Ma’mar dari Az-Zuhriy, ia berkata, “Anas mengabarkan kepadaku.”
Ibnul Mubarok meriwayatkannya dari Ma’mar. Ia (Ma’mar) berkata, “Dari Az-Zuhriy dari Anas.”
Syu’aib bin Abi Hamzah dari Az-Zuhriy.” [Lihat Syu’abul Iman (9/8)]
Al-Hafizh Abu Bakr Al-Baihaqiy –rahimahullah- menjelaskan dalam ucapannya di atas bahwa Abdur Rozzaq Ash-Shon’aniy meriwayatkan sanad hadits itu dengan shighoh tashrih (“telah mengabarkan”).
Sementara itu, rawi yang lebih kuat dan tsiqoh darinya (yaitu, Ibnul Mubarok)[2]. Ibnul Mubarok meriwayatkannya denganshighoh mu’an’anah (“dari”).
Shighoh ini bukanlah shighoh yang menegaskan bahwa seorang rawi telah meriwayatkan sebuah hadits dari rawi yang ada di atasnya secara langsung, bahkan boleh jadi ada seorang perantara di antara dua rawi itu, sebagaimana yang terjadi pada hadits yang kita bahas ini.
Dengan dasar hal itu, maka sanad Abdur Rozzaq adalahsyadz, karena ia meriwayatkan sanad hadits itu denganshighoh yang menyelisihi rawi yang lebih kuat dan lebihtsiqoh darinya. Wallahu A’lam.
Kemudian Al-Baihaqiy –rahimahullah– berkata dalam menetapkan adanya rawi perantara yang ada diantara Az-Zuhriy dengan Anas bin Malik –radhiyallahu anhu-.
Beliau berkata dengan membawakan sanadnya sampai kepada Syu’aib bin Abi Hamzah,
“شُعَيْبٌ،_عَنِ الزُّهْرِيِّ، قَالَ: حَدَّثَنِي مَنْ لَا أَتَّهِمُ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ.” شعب الإيمان (9/ 8_9)
“Syu’aib dari Az-Zuhriy, ia (Az-Zuhriy) berkata, “Telah menceritakan kepadaku orang yang tidak aku tuduh dari Anas.”
Sanad Al-Baihaqiy sampai kepada Az-Zuhriy adalah sanad yang shohih, dan perlu kita ketahui bahwa Syu’aib bin Abi Hamzah adalah murid Az-Zuhriy yang paling kuat dalam meriwayatkan hadits dari Az-Zuhriy! Belum lagi, ada rawi-rawi lain yang menguatkan Syu’aib dalam hal itu[3], seperti Uqoil bin Kholid, sebagaimana dalam riwayat Ibnu Asakir dalam Tarikh Dimasyq (20/326).
Al-Imam Al-Hafizh Hamzah bin Muhammad Al-Kinaniy Al-Mishriy –rahimahullah– berkata,
“لم يسمعه الزهري عن أنس، رواه عن رجل عن أنس؛ كذلك رواه عقيل وإسحاق بن راشد وغير واحد عن الزهري وهو الصواب” أ. هـ.
“Hadits ini tidaklah didengarkan oleh Az-Zuhriy dari Anas. Az-Zuhriy meriwayatkannya dari seorang laki-laki dari Anas. Demikian pula yang diriwayatkan oleh Uqoil, Ishaq bin Rosyid, serta beberapa orang dari Az-Zuhriy. Itulah yang benar.” [Lihat Tuhfah Al-Asyrof bi Ma’rifah Al-Athrof ma’a An-Nukat Azh-Zhirof ala Al-Athrof (1/395), karya Al-Mizziy, dengan tahqiq Abdush Shomad Syarofuddin, cet. Al-Maktab Al-Islamiy & Ad-Dar Al-Qoyyimah, 1403 H]
Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqolaniy –rahimahullah-memberikan komentar terhadap hadits ini dalam An-Nukat Azh-Zhirof, “Sungguh hadits ini telah tampak bahwa ia berpenyakit.”
Pernyataan yang sama, datang dari Al-Imam Abul Hasan Ad-Daruquthniy dalam sebuah pernyataannya,
“وهذا الحديث لم يسمعه الزهري، عن أنس.
رواه شعيب بن أبي حمزة، وعقيل، عن الزهري قال: حدثني من لا أتهم، عن أنس، وهو الصواب.” اهـ من علل الدارقطني = العلل الواردة في الأحاديث النبوية (12/ 203)
“Hadits ini tidak pernah didengarkan oleh Az-Zuhriy dari Anas. Hadits ini diriwayatkan oleh Syu’aib bin Abi Hamzah, Uqoil dari Az-Zuhriy, ia (Az-Zuhriy) berkata, “Telah menceritakan kepadaku orang yang aku tidak menuduhnya, dari Anas. Inilah yang benar.” [Lihat Al-‘Ilal Al-Waridah fi Al-Ahadits An-Nabawiyyah (12/203), ]
Jadi, yang benar bahwa hadits ini adalah hadits yang dho’if (lemah), karena di dalamnya terdapat inqitho’ (keterputusan) antara Az-Zuhriy dengan Anas bin Malik, sebagaimana yang dijelaskan oleh Al-Hafizh Hamzah bin Muhammad Al-Kinaniy, Al-Hafizh Abu Bakr Al-Baihaqiy, dan Abul Hasan Ad-Daruquthniy.
Hadits ini semakin jelas kelemahannya, bila kita memperhatikan redaksi haditsnya secara teliti.
Di dalam hadits itu, sahabat Abdullah bin Amr –radhiyallahu anhu berkata,
‘Aku habis bertengkar dengan orang tuaku. Aku berjanji tidak akan pulang ke rumah selama tiga hari. Jika engkau mengijinkan, maka aku akan menginap di rumahmu untuk memenuhi sumpahku itu.’
Kemudian di akhir hadits itu, beliau berkata,
‘Wahai hamba Allah, sesungguhnya tidak ada kemarahan dan boikot antara aku dengan orang tuaku, hanya saja aku mendengar Rasulullah selama tiga hari berturut-turut di dalam satu majelis beliau bersabda, ‘Akan lewat di hadapan kalian seorang lelaki penghuni Surga.’
Redaksi hadits ini memberikan kesan bahwa sahabat Abdullah bin Amr berdusta di hadapan orang itu. Sebab, pada awal pertemuannya dengan lelaki itu, digambarkan bahwa Abdullah bin Amer bertengkar dan timbul emosi antara ia dengan ayahnya, sampai ia bersumpah akan meninggalkan rumah selama tiga hari.
Apakah mungkin seorang sahabat Rasulullah –alaihish sholatu was salam- berdusta, lalu dustanya dikuatkan dengan sumpah atas nama Allah. Tentu tidak mungkin!!
Para ulama bersepakat bahwa para sahabatnya Rasulullah –alaihish sholatu was salam- adalah manusia-manusia jujur dan mulia. Sifat dusta, jauh dari kehidupan mereka.
Ini semakin menguatkan kelemahan hadits ini. Selain sanadnya bermasalah, juga redaksi haditsnya munkar!
Peringatan :
Hadits ini dahulu dinyatakan shohih oleh Muhaddits Negeri Syam, Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albaniy –rahimahullah-, karena beliau melihat Al-Hafizh Al-Mundziriy –rahimahullah- menyatakan shohih-nya hadits berdasarkan syarat Al-Bukhoriy dan Muslim, tanpa memperhatikan illah(penyakit yang samar) pada hadits itu berupa adanya inqitho’(keterputusan).
Namun ijtihad beliau dalam menilai hadits ini, setelah itu, berubah dan menyatakan hadits ini dho’if (lemah) dalamDho’if At-Targhib wa At-Tarhib (no. 1728), seraya beliau berkata dalam meralat kesalahan yang terdahulu,
“وهذا إسناد ظاهر الصحة، وعليه جرى المؤلف والعراقي في “تخريج الإحياء” (3/ 187)، وجرينا على ذلك برهة من الزمن، حتى تبينت العلة.” ضعيف الترغيب والترهيب (2/ 247)
“Ini adalah sanad yang lahiriahnya adalah shohih. Atas (lahiriah sanad ini), Penulis dan Al-Iroqiy dalam Takhrijul Ihya’ dahulu berpijak, serta kami juga dahulu berpijak di atasnya dalam beberapa masa, sampai tampaklah “illah” (penyakit yang samar pada hadits ini).” [Lihat Dho’if At-Targhib wa At-Tarhib (2/247)]
Para pembaca yang budiman, artikel ini kami turunkan, sebab kami pernah melihat sebagian kawan-kawan menyebarkan kisah ini, tanpa menyadari bahwa hadits ini adalah hadits yang dho’if (lemah), bahkan boleh jadi dho’if jiddan (lemah sekali)!
Kedua, sebagai bentuk pembelaan bagi sahabat Abdullah bin Amr –radhiyallahu anhu-, perlu kiranya kami jelaskan kekeliruan yang terdapat dalam redaksi hadits yang mengandung perendahan bagi sahabat Abdullah bin Amr –radhiyallahu anhuma-, sebagaimana yang telah kami utarakan.Walillahil hamdu wal minnah.
Wa shollallohu ala nabiyyina wa alihi wa shohbihi wa sallam.
Tulisan ini rampung dan selesai diedit, Ma’had As-Sunnah,
Makassar, 04 Jumadats Tsani 1439 H