Syubhat Seputar Puasa 10 Muharram

Syubhat Seputar Puasa 10 Muharram

Tanya:

Afwan Ustadz, mau Tanya, dalam puasa 10 muharom, dalam hadist disebutkan Yahudi dan Nashoro juga puasa. Apakah rosul berpuasa karena melihat mereka berpuasa atau rosul sudah sering berpuasa sebelumnya, Ustadz? Mohon pencerahan. Jazakallah khairan.

 

Jawab:

Memang terdapat sebagian riwayat dari hadits tentang puasa ‘Asyura` yang perlu dipahami dengan baik. Dari Ibnu‘Abbas radhiyallâhu ‘anhu, beliau berkata,

قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ المَدِينَةَ فَرَأَى اليَهُودَ تَصُومُ يَوْمَ عَاشُورَاءَ، فَقَالَ: «مَا هَذَا؟»، قَالُوا: هَذَا يَوْمٌ صَالِحٌ هَذَا يَوْمٌ نَجَّى اللَّهُ بَنِي إِسْرَائِيلَ مِنْ عَدُوِّهِمْ، فَصَامَهُ مُوسَى، قَالَ: «فَأَنَا أَحَقُّ بِمُوسَى مِنْكُمْ»، فَصَامَهُ، وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ

“Tatkala Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam tiba di Madinah, beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa pada hari ‘Asyura`. Beliau bersabda, ‘Apa ini?’ Mereka menjawab, ‘Ini adalah hari shalih, hari tatkala Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuh mereka, kemudian Musa berpuasa pada (hari) tersebut.’ Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Kami lebih berhak terhadap Musa daripada kalian.’ Kemudian beliau berpuasa pada (hari) tersebut dan memerintahkan untuk mengerjakan puasa tersebut.” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhâry dan Muslim]

Siapa saja yang membaca riwayat di atas, mungkin akan memahami bahwa Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam dan para shahabat berpuasa ‘Asyura` lantaran melihat orang-orang Yahudi melaksanakan puasa tersebut. Namun, sangkaan ini tidaklah benar.

Untuk memahami riwayat di atas secara benar, Kita perlu memerhatikan sejumlah perkara:

Pertama, telah tegas dalam sejumlah hadits tentang puasa ‘Asyura` bahwa puasa tersebut telah diamalkan sebelum kaum muslimin berhijrah ke Madinah, bahkan telah dikenal di tengah masyarakat Jahiliyah.

Dari Aisyah radhiyallâhu ‘anhâ, beliau berkata,

كَانَ يَوْمُ عَاشُورَاءَ تَصُومُهُ قُرَيْشٌ فِي الجَاهِلِيَّةِ، وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُهُ، فَلَمَّا قَدِمَ المَدِينَةَ صَامَهُ، وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ، فَلَمَّا فُرِضَ رَمَضَانُ تَرَكَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ، فَمَنْ شَاءَ صَامَهُ، وَمَنْ شَاءَ تَرَكَهُ

“Hari ‘Asyura` adalah hari yang kaum Quraisy berpuasa pada masa Jahiliyah, dan Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam mengerjakan puasa (hari ‘Asyura`) tersebut. Ketika tiba di Madinah, beliau mengerjakan puasa tersebut dan memerintahkan manusia untuk mengerjakan puasa tersebut. Tatkala (puasa) Ramadhan diwajibkan, beliau meninggalkan puasa hari ‘Asyura`. Siapa saja yang ingin (berpuasa), silakan mengerjakan (puasa hari ‘Asyura`) tersebut, sedang siapa saja yang (tidak) ingin (berpuasa), silakan dia meninggalkan (puasa) tersebut.” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhâry dan Muslim]

Dari Ibnu Umar radhiyallâhu ‘anhumâ, beliau berkata,

أَنَّ أَهْلَ الْجَاهِلِيَّةِ كَانُوا يَصُومُونَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ، وَأَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَامَهُ، وَالْمُسْلِمُونَ قَبْلَ أَنْ يُفْتَرَضَ رَمَضَانُ، فَلَمَّا افْتُرِضَ رَمَضَانُ، قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ عَاشُورَاءَ يَوْمٌ مِنْ أَيَّامِ اللهِ، فَمَنْ شَاءَ صَامَهُ وَمَنْ شَاءَ تَرَكَهُ

“Sesungguhnya kaum Jahiliyah mengerjakan puasa hari ‘Asyura`, sedang Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam dan kaum muslimin mengerjakan (puasa) tersebut sebelum (puasa) Ramadhan diwajibkan. Tatkala (puasa) Ramadhan diwajibkan, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Sesungguhnya ‘Asyura` adalah suatu hari di antara hari-hari Allah. Siapa saja yang berkehendak, silakan berpuasa, sedangkan siapa saja yang berkehendak, silakan dia berbuka.’.” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhâry dan Muslim. Lafazh hadits adalah milik Muslim]

Imam Al-Qurthuby berkata, “Hadits ‘Aisyah menunjukkan bahwa puasa pada hari (‘Asyura`) ini di kalangan mereka (manusia pada masa itu) adalah dimaklumi syariat dan kadarnya. Barangkali mereka bersandar kepada syariat (Nabi) Ibrahim dan (Nabi) Isma’il (‘alaihimas salam) dalam puasa (‘Asyura`) tersebut karena mereka memang bersandar kepada (Nabi Ibrahim dan Nabi Isma’il) sebagaimana (mereka bersandar) pada keduanya dalam banyak hukum haji dan dan selainnya ….” [Al-Mufhim 3/190]

Kedua, yang dikenal dalam syariat Islam adalah menyelisihi orang-orang kafir dalam kebiasaan ibadah mereka. Ini termasuk kaidah penting yang telah dimaklumi dan merupakan salah satu asas syariat Islam.

Oleh karena itu, untuk menyempurnakan keutamaan bagi kaum muslimin dan guna membedakan puasa kaum muslimin dengan Ahlul Kitab, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam menganjurkan untuk berpuasa 9 Muharram bersama dengan 10 Muharram. Hal tersebut diterangkan dalam hadits Ibnu ‘Abbâs radhiyallâhu ‘anhumâ bahwa beliau berkata,

حِينَ صَامَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ قَالُوا:يَا رَسُولَ اللهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ إِنْ شَاءَ اللهُ صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ» قَالَ: فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ، حَتَّى تُوُفِّيَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

“Ketika Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam berpuasa pada hari ‘Asyura` dan memerintah untuk mengerjakan puasa tersebut, (para shahabat) berkata, ‘Wahai Rasulullah, itu adalah hari yang diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan Nashara.’ Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, ‘Apabila (masih menjumpai) tahun depan, insya Allah Kami (juga) akan berpuasa pada hari kesembilan.’ (Namun), tahun depan belum lagi tiba hingga Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam wafat.” [Diriwayatkan oleh Muslim]

Ketiga, sangkaan di atas telah dibantah oleh Al-Qadhy ‘Iyâdh bahwa riwayat Aisyah telah tegas menunjukkan bahwa orang-orang Quraisy telah mengerjakan puasa tersebut. Maka, ketika tiba di Madinah, Nabi mengerjakan puasa tersebut sebagaimana telah dimaklumi di Makkah, bukan terjadi hukum baru lantaran ada ucapan orang-orang Yahudi. Jadi, jawaban Nabi itu hanyalah sifat untuk suatu keadaan dan jawaban untuk suatu pertanyaan saja. [Demikian yang Kami bahasakan dari nukilan Imam An-Nawawy dalam Syarah Shahih Muslim 8/11]

Wallahu A’lam.
Sumber:
http://dzulqarnain.net/syubhat-seputar-puasa-10-muharram.html

 

Leave a Reply