Mutiara Salaf 54: Orang yang Tinggi Derajat dan Keutamaannya

Mutiara Salaf 54 Orang yang Tinggi Derajat dan Keutamaannya

Bila anda ingin mengenal ketinggian derajat seorang hamba, lihatlah sejauh mana ia memejamkan matanya dari segala macam pujian dan sanjungan manusia yang mengangkat dirinya, sehingga ia merasa bahwa ia adalah manusia yang jasa dan kedudukannya rendah di sisi Allah. Padahal, ia adalah manusia yang martabatnya ditinggikan.
Seperti itu jugalah bila Anda mau tahu tentang keutamaan seorang hamba. Engkau melihat ia sibuk dengan berbagai macam amalan ketaatan, tetapi ia memandang dirinya sebagai orang yang paling rendah bila dibandingkan dengan yang lain. Seakan-akan menurutnya ia tidaklah punya keutamaan layaknya manusia pada umumnya.

Imam Muhammad bin Idris Asy-Syafi’iy rahimahullah berkata,

أَرْفَعُ النَّاسِ قَدْرًا: مَنْ لَا يَرَى قَدْرَهُ، وَأَكْبَرُ النَّاسِ فَضْلاً: مَنْ لَا يَرَى فَضْلَهُ

“Manusia yang derajatnya paling tinggi adalah orang yang tidak memandang derajatnya. Orang yang keutamaannya paling besar (banyak) adalah orang yang tidak memandang keutamaannya.”
[Atsar riwayat Al-Baihaqiy dalam Syu’abul Iman 6/304 dan Ibnu Asakir dalam Tarikh Dimasyqa 51/413]

Ia tidak sibuk mengangkat derajat dirinya. Baginya, semua hal itu kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebab, boleh jadi seseorang merasa bahwa dirinya telah berbuat baik, tetapi Allah justru menggugurkan semua kebaikannya karena ia ujub dan bangga terhadap amalan-amalannya.

Al-Ustadz Abdul Qodir, Lc

Leave a Reply